Garin Nugraha sang sutradara telah menciptakan film “Guru Bangsa Tjokroaminoto” yang
membuat kita kembali mengingat sejarah yang telah lama terjadi yaitu film
tentang biografi Hadji Oemar Said Tjokroaminoto atau sering disebut Jang Oetama
Tjokroaminoto yang diperan kan oleh (Reza Rahardian). Tjokro lahir dari kaum
bangsawan jawa yang ramah terhadap siapapun namun waktu kecil tjokro yang
sebagai anak bangsawan tidak membuat tjokro senang hati karena pada masa itu
banyak warga miskin yang bekerja untuk belanda sering mendapatkan siksaan, pada
suatu ketika tjokro melihat seorang pekerja kapas yang sudah tua yang dijadikan budak Belanda, sedang disiksa
oleh seorang pimpinan Belanda
karena kesalahan kakek tersebut, dari tumpahan darah yang menetes pada
kapas-kapas yang berada di tempat tersebut, kejadian tersebut sangat membekas
di hati tjokro.
Memang sudah dari kecil tjokro sudah sering melihat
ketidakadilan yang terjadi di kampungnya tersebut seperti hanya kaum bangsawan
lah yang dapat sekolah di sekolah-sekolah belanda. Setelah menginjak
dewasa, Tjokro menikahi anak seorang bupati di Ponorogo, Hindia Timur,
bernama Suharsikin di tahun 1904. Tjokro bekerja kepada Belanda dan pada suatu
ketika di tengah-tengah pekerjaanya satu kejadian seorang pekerja dari pribumi
diperlakukan semena-mena oleh Belanda sangat mengusik hatinya. Tjokro dengan
tegas menentang Belanda yang seenak nya memberikan hukuman kepada pekerja yang
bekerja untuk nya itu dan memutuskan
berhenti bekerja untuk Belanda meski pun setelah berhenti bekerja tjokro
mendapatkan tentangan dari Mertuanya yaitu (Sudjiwo Sutejo dan Maia Estianty).
Tjokro memutuskan untuk hijrah karena tjokro mendapatkan amanat dari kiyai atau
guru ngaji nya jika mau menjadi yang lebih baik hijrah lah kamu yang berarti hijrah
itu adalah berpindah ke tempat yang lebih baik dari tempat sebelumnya seperti
yang di lakukan oleh nabi Muhammad SAW, kota Semarang jawa tengah lah menjadi
tempat hijrah pertama Tjokro, disana tjokro bertemu dengan tokoh penting, dan ia
memutuskan untuk hijrah yang kedua kalinya ke Surabaya di tahun 1906. Di
Surabaya tjokro bertemu dengan Hasan Ali dan bekerja sebagai penuliskoran Bintang Soerabaja, dalam koran
yang ia tulis Tjokro selalu menceritakan dan mengkritik pemerintahan Belanda
itu harus di tentang. Kemudian pada tahun yang sama tjokro pun bertemu dengan Hasan
Ali.
Pada saat itu tjokro belum mengikuti organisasi apapun
karena menurutnya organisasi yang ada yaitu
organisasi Boedi Oetomo hanya mengayomi dari kaum priyai saja. Pada
tahun 1912, datang orang yang di suruh oleh H. Samanhoedi yang menyampaikan
pesan bahwa Belanda membekukan perkumpulan kita kepada Tjokroaminoto dan
Tjokroaminoto diminta untuk menjadi Pimpinan Sarekat Dagang Islam yang bertempat
di Surabaja karena dianggap perkumpulan itu berbahaya dan menghasut. 26 Januari
1913, Haji Oemar Said Tjokroaminoto resmi terpilih sebagai pemimpin Sarekat
Dagang Islam Soerabaja dan mengubah nama organisasi tersebut dari Sarekat
Dagang Islam menjadi Sarekat Islam. Dalam pidato perdananya Tjokro mengajak dua
juta anggota SI untuk melawan ketertindasan dari Pemerintahan Belanda “Kita
yang tadinya seperti air mengalir harus menjadi banjir yang deras agar rakyat
tidak dipandang 1/4 manusia”.
Rumah Peneleh yang juga Rumah Tjokro dijadikan tempat
kos-kosan dan tempat berkumpulnya para pemuda yang memiliki potensi dan
pendidikan saat itu yakni, Agus Salim (Ibnu Jamil), Semaoen (Tanta Ginting), Musso (Ade Firman Hakim) dan Kusno/Soekarno (Deva Mahendra). Dari rumah inilah
kebangkitan ini mulai tercipta, masyarakat menyadari akan ketertindasanya oleh
Belanda dan harus melakukan perlawanan dan tidak dianggap 1/4 manusia. Perkembangan
SI pun semakin pesat namun mengalami perpecahan karena mengalami perbedaan
pandangan antar kelompok.
Dalam film ini terdapat
sosok stela yang di perankan oleh (chelsea islan) sebagai anak dari kaum pribumi
dan kaum tionghoa yang memohon kepada tjokro agar menjelaskan statusnya sebagai
orang dari kaum pribumi juga. Setelah perjuangan tjokro yang berhijrah dari
satu kota ke kota lain tjokro pun datang ke sebuah tempat dan menuliskan
didinding atas penjara HIDJRAH yang berarti jika orang yang keluar dari penjara
itu telah berhijrah ke tempat yang lebih baik. Setelah beranjak dewasa anak
tjokro pun yang bernama Oetari menikah dengan soekarno yang saat itu menjadi
istri pertama dari soekarno.
Pada saat tjokro ingin
berpidato di depan perkumpulan Sarekat Islam istri tjokro yang sedang sakit pun
sakit nya menjadi semakin parah, dan pada saat tjokro menyampaikan pidato nya
di tengah-tengah pidato tjokro diberitahukan untuk menengok sebentar istri nya
yang sakit dan melihat keadaaan istri nya yang sudah meninggal dunia, yang
membuat kesedihan semua para peserta pidato pada saat itu. Tjokroaminoto pun di
tangkap oleh belanda dan di penjara, setelah 6 bulan di penjara tjokro pun di
keluarkan karena di dakwa tidak bersalah. Tjokroaminoto meninggal pada tahun
1934 di Yogyakarta.
Dengan menonton film ini
kita kembali diingat kan akan sejarah yang telah terjadi akan kebesaran perjuangan
bangsa ini untuk menjadikan sebuah bangsa Indonesia sehingga menjadikan kita
lebih menghargai akan pejuang-pejuang pada saat itu dan kata kata yang akan
selalu diingat dan menjadi penyemangat pada saat itu yaitu Satyagraha,Ijo
royo-royo,sama rasa sama rata, setinggi-tinggi ilmu sebersih-bersih tauhid dan
sepintar-pintar siasat dan menjadikan komunikasi sebagai pemersatu bangsa..
Agung Andin
Pratama
Periklanan 2A
Kominikasi
Massa
.jpg)
.jpg)
.jpg)
+(FILEminimizer).jpg)
.jpg)
.jpg)
.jpg)
.jpg)
.jpg)

.jpg)